Makassar Jum'at 14 Februari 2014, HMTP FTI-UMI : Bersumber dari tambang.co.id diberitakan bahwa TATKALA Cina, Australia, Indonesia, dan India sibuk
bicara soal pelarangan ekspor mineral mentah dari Indonesia, sebuah
gagasan untuk menambang mineral dari bulan perlahan-lahan mendekati
kenyataan. Badan Antariksa dan Aeronautika Nasional (NASA) Amerika
Serikat mengumumkan mulai mencari partner
yang berminat untuk menambang
mineral di bulan, Senin 10 Februari lalu. Pengumuman ini merupakan salah
satu cara NASA untuk mendapatkan pendanaan swasta. Si mitra itu
diharapkan mendesain dan membangun robot contoh yang bakal digunakan
menambang di bulan.NASA memang harus pintar-pintar memutar otak untuk mencari dana. Pemerintah Amerika Serikat menolak untuk membiayai proyek lanjutan dari kegiatan yang disebut sebagai Lunar Carbo Transportation and Landing by Soft Touch Down –LUNAR CATALYST.
Dalam konferensi jarak jauh bulan lalu, Jason Crusan, Direktur NASA Sistem Eksplorasi Lanjutan mengatakan, mitra usaha yang dicari NASA dapat membantu aktivitas komersial eksplorasi di bulan. Sementara NASA akan lebih bergerak di sisi ilmiah dan akademis.
Kepada kantor berita AFP, Jason Crusan mengatakan, misi menambang di bulan bukan sesuatu yang mustahil. Misi sebelumnya, katanya, sudah membuktikan adanya jejak air dan material lain yang sifatnya komersial di permukaan bulan. ‘’Tetapi untuk mengetahui lebih rinci keberadaannya, serta berpa banyak, kami harus menjejak permukaan bulan dan mengeksplorasinya,’’ katanya.
Para ahli berpendapat, penambangan di luar angkasa merupakan keharusan, karena banyak mineral di bumi yang hampir habis. Sebagai contoh, seng dan logam diperkirakan habis dalam100 tahun ke depan.
Tetapi, menambang di luar angkasa tak semudah yang diperkirakan. Sebuah studi dari Pusat Harvard-Smithsonian untuk Astrophysics bulan lalu meluncurkan hasil risetnya. Intinya, menambang dan berkelana di luar angkasa, tak semudah yang dikira. Banyak kerumitan yang bakal terjadi.