JAKARTA – dalam acara Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan
oleh Puslitbangtek Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan dan
Konserverasi Energi (Puslitbangtek KEBTKE), Kepala Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kementerian Energi Dan Sumber Manusia, FX Sutijastoto
menekankan, bahwa tanpa ada upaya terobosan ketergantungan kita terhadap
impor energi akan semakin besar yang berarti ketahanan energi kita
semakin terancam. Rabu (13/11/2013).
Pemerintah mentargetkan peran energi terbarukan dalam bauran energi nasional pada tahun 2025 mencapai 26%, jumlah ini diperkirakan kurang lebih 2 juta barel setara minyak per hari. Melihat kondisi pengembangan dan pangsa pasar saat ini, peningkatan produksi EBT diperkirakan hanya mencapai sekitar 700 ribu barel setara minyak per hari pada tahun 2025.
Kondisi diatas menurut Sutijastoto menunjukkan, pada tahun 2025 akan terjadi kekurangan pasokan EBT sebesar 1,2 juta barel setara minyak per hari. Sehingga dengan tegas dinyatakan Sutijastoto, “tanpa ada upaya terobosan ketergantungan kita terhadap impor energi semakin besar, yang berarti ketahanan energi kita semakin terancam”.
Setijastoto menambahkan, pemerintah secara konsisten terus berupaya meningkatkan pemanfataan energy baru terbarukan dengan melakukan berbagai penelitian bekerjasama dengan institusi-institusi lain untuk mendapatkan sumber-sumber energy alternative. Setelah melalui penelitian, salah satu sumber energy alternative yang potensial adalah kemiri sunan (reutealis trisperma). Kemiri sunan merupakan tanaman non pangan yang paling potensial sebagai sumber biodiesel, dibandingkan dengan pongamia, jatropha, kepuh, kosambi dan bintaro.
Lebih lanjut tentang kemiri sunan, peneliti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Badan Litbang Pertanian, Dibyo Pranowo menyatakan, Produktifitas kemiri sunan dapat mencapai 8,8 ton biodiesel/hektar dengan usia produksi mencapai 50 tahun lebih. Kelebihan lainnya dari kemiri sunan adalah, tumbuhan ini mudah beradaptasi, cocok untuk konservasi lahan, mempunyai kemampuan menyuburkan sendiri, produksi minak nabati tinggi dan penghasil kayu.
Mengenai keekonomian kemiri sunan, Dibyo menjelaskan, sebagai estimasi awal, kemiri sunan mempunyai discontinued pay back period 8 tahun (agroindustri 500ha). Oleh karena itu, peran Kementerian Pertanian sangat penting dalam menyediakan bibit unggul tanaman BBN, integrasi budidaya dan pasca panen serta penyuluhan. (MRM/SF)
Baca lebih update di www.esdm.go.id
Pemerintah mentargetkan peran energi terbarukan dalam bauran energi nasional pada tahun 2025 mencapai 26%, jumlah ini diperkirakan kurang lebih 2 juta barel setara minyak per hari. Melihat kondisi pengembangan dan pangsa pasar saat ini, peningkatan produksi EBT diperkirakan hanya mencapai sekitar 700 ribu barel setara minyak per hari pada tahun 2025.
Kondisi diatas menurut Sutijastoto menunjukkan, pada tahun 2025 akan terjadi kekurangan pasokan EBT sebesar 1,2 juta barel setara minyak per hari. Sehingga dengan tegas dinyatakan Sutijastoto, “tanpa ada upaya terobosan ketergantungan kita terhadap impor energi semakin besar, yang berarti ketahanan energi kita semakin terancam”.
Setijastoto menambahkan, pemerintah secara konsisten terus berupaya meningkatkan pemanfataan energy baru terbarukan dengan melakukan berbagai penelitian bekerjasama dengan institusi-institusi lain untuk mendapatkan sumber-sumber energy alternative. Setelah melalui penelitian, salah satu sumber energy alternative yang potensial adalah kemiri sunan (reutealis trisperma). Kemiri sunan merupakan tanaman non pangan yang paling potensial sebagai sumber biodiesel, dibandingkan dengan pongamia, jatropha, kepuh, kosambi dan bintaro.
Lebih lanjut tentang kemiri sunan, peneliti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Badan Litbang Pertanian, Dibyo Pranowo menyatakan, Produktifitas kemiri sunan dapat mencapai 8,8 ton biodiesel/hektar dengan usia produksi mencapai 50 tahun lebih. Kelebihan lainnya dari kemiri sunan adalah, tumbuhan ini mudah beradaptasi, cocok untuk konservasi lahan, mempunyai kemampuan menyuburkan sendiri, produksi minak nabati tinggi dan penghasil kayu.
Mengenai keekonomian kemiri sunan, Dibyo menjelaskan, sebagai estimasi awal, kemiri sunan mempunyai discontinued pay back period 8 tahun (agroindustri 500ha). Oleh karena itu, peran Kementerian Pertanian sangat penting dalam menyediakan bibit unggul tanaman BBN, integrasi budidaya dan pasca panen serta penyuluhan. (MRM/SF)
Baca lebih update di www.esdm.go.id