Jakarta-TAMBANG. Makin tingginya biaya produksi akibat
harga gas yang melambung membuat PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) menjajaki
gasifikasi batu bara untuk menekan biaya produksi.
Dirut PIM Eko Sunarko dalam keterangan pers seperti yang dikutip dari
Warta Ekonomi (11/11) mengatakan, perusahaannya saat ini membeli gas
dengan harga US$ 10,06 per MMBTU. Harga itu, menurutnya paling tinggi
di antara BUMN pupuk lainnya karena gas untuk PIM berasal dari “swap”
lapangan gas Tangguh (Papua) dengan Arun (Nanggroe Aceh Darussalam/NAD).
PIM membeli gas dari Tangguh dengan harga US$ 8,5 per MMBTU. Namun,
harganya meningkat akibat ditambah “toll fee” atau biaya distribusi dan
“heating value” menjadi sekitar US$ 10,06 per MMBTU.
“Arun memiliki kontrak (ekspor) gas ke KOGAS (Korean Gas Corporation)
sebanyak 15--16 kargo, sementara gas PIM dari Tangguh hanya delapan
kargo,” kata Eko menjelaskan.
Dengan pasokan gas sebesar itu membuat pemanfaatan kapasitas produksi
PIM tidak optimal. Dari kapasitas produksi sekitar 1,15 juta ton urea
per tahun, produksi PIM hanya sekitar 400.000 ton, untuk memenuhi
kebutuhan pupuk NAD, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, dan
Kalimantan Barat.
“Hal yang mengkhawatirkan, pada bulan Oktober 2014, kontrak Arun dengan
KOGAS berakhir, dan hingga kini belum ada kejelasan pasokan gas PIM dari
Arun,” tambahnya.
Untuk menjaga stabilitas pasokan gas dan menekan biaya produksi akibat
harga gas sebagai bahan baku yang makin tinggi, kata dia, kini PIM
menjajaki gasifikasi batu bara untuk bahan baku. “Kami telah melihat
pabrik pupuk di Cina yang sudah menggunakan gasifikasi batu bara untuk
bahan baku industri pupuk di negeri itu,” ujar Eko.
Ia memperkirakan, dengan gasifikasi batu bara, harga bahan baku bisa
menjadi sekitar tujuh dolar AS atau lebih murah daripada harga gas untuk
PIM yang mencapai US$ 10,06 per MMBTU. “Investasinya hampir sama dengan
pembangunan pabrik pupuk baru, yaitu sekitar US$ 700 juta,” kata Eko.
Di lain kesempatan, Dirut PT Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC),
Arifin Tasrif mengatakan bahwa gasifikasi batu bara masih dalam
penjajakan.”Kami baru akan melakukannya bila tidak ada pasokan gas untuk
PIM,” katanya.
PIHC kini tengah melakukan negosiasi pasokan gas untuk PIM dari Medco
dengan harga di bawah US$ 10 per MMBTU.“Kalau dengan harga gas di atas
US$ 10 per MMBTU, skala ekonominya tidak tercapai, kecuali harga pupuk
urea internasional di atas US$ 500 per ton," katanya. Untuk diketahui,
saat ini harga pupuk urea internasional hanya berkisar US$ 280--300-an
per ton.
Sumber :
Vicharius DJ
vichariusdianjiwa@tambang.co.id
Majalah Tambang
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)