ESDM: Impor Listrik Dari Malaysia Lebih Murah

Makassar, HMTP FTI-UMI: Bersumber dari tambang.co.id diberitkan bahwa Pemerintah mengkonfirmasi perihal pembelian listrik Indonesia dari Malaysia untuk pasokan ke perbatasan di Kalimantan. Seperti diketahui sebelumnya, listrik yang dibeli Indonesia berasal dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Malaysia.


Menanggapi itu, Dirjen Listrik Kementerian ESDM, Jarman mengatakan, impor listrik hingga 200 megawatt (MW) dilakukan karena di wilayah perbatasan Kalimantan menggunakan pembangkit listrik berbahan bakar solar yang boros.

“Kalau di Kalimantan clear, di sana pembangkitnya kebanyakan PLTD. Jika bangun PLTU perlu waktu, minimal 4 tahun. Kalau kita beli energi dari Malaysia yang pakai teknologi PLTA itu lebih cepat. Nah sementara itu kita mengganti dulu untuk pembangkit diesel,” ungkap Jarman di Jakarta kamis sore (14/11).

Menurut Jarman, saat ini PLN sedang mempersiapkan transmisi yang bisa menghubungkan listrik antara perbatasan Malaysia dan Indonesia di Kalimantan. Secara hitungan bisnis, membeli listrik di Malaysia jauh lebih murah. PLN berkomitmen tetap membangun pembangkit listrik batubara (PLTU) untuk menjaga ketahanan energi di perbatasan.

“Lagi pula dieselnya solarnya impor juga. Solar itu jauh lebih mahal. Kalau pakai solar jatuhnya Rp 3.300 per Kwh. Nah kita impor pakai listrik Malaysia biayanya cuma Rp 900 per kwh. Artinya dua-duanya impor tapi lebih murah,” terangnya.

Kondisi berbeda ditemui di Riau, Sumatera. Di wilayah tersebut, Indonesia justru berencana menjual listrik hingga 1.000 MW ke Malaysia. “Kita punya batubara yang cukup banyak. Kita bikin pembangkit. Kita tahu Malaysia pakai gas. Itu mahal. Kalau dia impor listrik dari kita pakai batubara dia bisa menurunkan cost. Sama kayak sisi Kalimantan cuma terbalik,” terangnya.

Jarman menegaskan, meski mengimpor listrik, justru Indonesia jauh lebih banyak mengekspor listrik ke Malaysia. “Kalau di Kalimantan 200 MW kita beli. Itu masih kecil. Sebagian beli, sebagian pakai dalam negeri dengan batubara. Dengan Malaysia di Sumatera mereka perlu 1.000 MW. Jadi kita ekspor. Kalau kita lihat ekspor impornya, kita impor 200 MW tapi kita ekspor 1.000 MW. Lebih banyak ekspor,” tegasnya.

Baca lebih update di : www.tambang.co.id
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar :

Posting Komentar