Makassar, HMTP FTI-UMI: Bersumber dari tambang.co.id diberitkan bahwa Demi memenuhi kebutuhan listrik di
Kalimantan Barat, tahun depan pemerintah berencana akan menambah impor
listrik dari Serawak hingga sebesar 200 megawatt (MW). Impor dalam
bentuk listrik ini diperhitungkan jauh lebih ekonomis ketimbang impor
solar sebagai bahan pembangkit tenaga listrik.
"Impor listrik itu kan untuk menurunkan biaya, sambil kita memperkuat
infrastruktur kita," ujar Jarman, Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian
ESDM, di sela acara Power Plants & Energy International Conference
di Jakarta, pagi ini (19/11).
Ia beralasan bahwa impor listrik dari negara tetangga tersebut akan
memakan biaya yang jauh lebih murah ketimbang pembangkitan tenaga
listrik tenaga diesel. Karena, di Pontianak sebagian besar pembangkit
listriknya memang masih memanfaatkan solar. Jarman pun menyampaikan
hitungan bahwa produksi listrik dengan solar impor biayanya mencapai
Rp3.500 per kilowatthour (kWh), jauh di atas harga impor listrik dari
Malaysia yang hanya dibandrol Rp900 per kWh. Murahnya listrik impor ini
dikarenakan produksi listrik Serawak bersumber dari tenaga air.
"Dua-duanya ini impor. Tapi kalau produksi listrik pakai solar lebih
mahal. Kalau impor listriknya, justru lebih murah," tegasnya.
Meskipun demikian, ia menyatakan bahwa impor listrik ini pada prinsipnya
hanya sebagai pelengkap dan bersifat sementara. "Sambil kita kurangi
pemakaian BBM kita. Volumenya tahun pertama 50 MW, yang bisa dinaikan
sampai 200 MW. Sebagian pembangkit listrik dari BBM bisa kita ganti," ia
berujar.
Jangka waktu yang diperkirakan juga hanya berdurasi 3 tahun, sampai
fasilitas Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kalimantan Barat yang
memanfaatkan batu bara siap digunakan. "Ya kalau sudah cukup listriknya
maka tidak perlu lagi impor kan? Tiga tahun lagi pembangkit batu baranya
juga jadi," jelasnya.
Lebih lanjut, Jarman memaparkan bahwa Indonesia juga justru berencana
akan mengekspor listrik pada tahun 2018 mendatang. Studi kelayakan
sedang dilakukan untuk ekspor listrik 1.000 MW, yang akan dikirim dari
Riau ke Semenanjung Malaysia. Listrik tersebut nantinya bersumber dari
PLTU di Riau yang akan dibangun dengan kapasitas 2 x 1.000 MW.
"Diharapkan sekitar 2018 atau 2019, sistem kelistrikan Sumatera
Semenanjung sudah terkoneksi. Perjanjian Pembelian Listrik (Power
Purchasing Agreement / PPA)-nya juga sudah ditandatangani tahun lalu di
hadapan Menteri ESDM, di Bali," pungkasnya.[]
Smber : http://tambang.co.id/detail_berita.php?category=18&newsnr=8262
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)